Jumat, 23 Maret 2012
Senin, 19 Maret 2012
Minggu, 18 Maret 2012
makalah kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di Indonesia
Kemiskinan Dan kesenjangan Pendapatan di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Di Negara Indonesia sendiri kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan warga negaranya terlihat perbedaan yang sangat mencolok antar warga
negaranya. Hal ini semakin terlihat dengan status kemiskinan di indonesia
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
menimbulkan berbagai perilaku negatif warga negaranya.
Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan
(yang dimaksudkan dengan kesenjangan ekonomi) dan tingkat kemiskinan
(presentase dari jumlah populasi yang hidup di bawah garis kemiskinan)
merupakan dua masalah besar di banyak LDCs, tidak terkecuali di Indonesia. Di
katakan besar, karena jika dua masalah ini berlarut-larut atau di biarkan akan
semakin parah dampak yang akan terjadi. Pada akhirnya akan menimbulkan
kosekuensi politik dan sosial yang sangat serius.
Kejadian tragedi tahun 1998, menjadi suatu kejadian
pemerintahan bisa jatuh karena amukan rakyat miskin yang sudah tidak tahan lagi
menghadapi kemiskinannya yang menjadi suatu pertanyaan (hipotesis) hingga
sekarang: andaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia rata satu sama
lain, pasti tragedi tahun 1998 tidak akan terjadi.
Di Indonesia, pada awal pemerintahan Orde Baru para
pembuat kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan ekonomi di Jakarta masih
sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang pada awalnya terpusatkan
hanya di jawa dan hanya di sektor-sektor tertentu saja, pada akhirnya akan
menghasilkan apa yang di maksud dengan trickle down effects.
Bab II
ISI
2.1. Permasalahan Pokok
Pada awal periode Orde Baru hingga akhir tahun
1970-an, strategi pembangunan ekonomi yang di anut oleh pemerintahan soeharto
lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Dalam mencpai tujuan kesejahteraan masyarakat
Indonesia dimulai dengan memulai pusat pembangunan ekonomi nasional yang
dimulai di daerah pulau jawa dengan alasan bahwa fasilitas-fasilitas yang di
butuhkan ada di pulau jawa seperti pelabuhan, jalan raya, dan kereta api,
telekomunikasi, kompleks industri, gedung-gedung pemerintah/administrasi
negara, kantor-kantor perbankan, dan lain sebagainya. Pembangunan pada saat itu
juga hanya terpusatkan di sektor-sektor tertentu saja yang secara potensial
memiliki kemampuan besar untuk menghasilkan NTB yang tinggi.
Namun sejarah menunjukan bahwa setelah 30 tahun lebih
sejak Pembangunan Lima Tahun (PELITA) yang pertama dibuat tahun 1968. Pada
tahun 1970-an dan awal 1980-an harga minyak bumi melonjak tinggi di pasar dunia
sehingga Orde Baru mampu membangun dan mengendalikan inflasi serta membuat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Akibat dari strategi tersebut dapat di
lihat pada tahun 1980-an hingga krisis ekonomi terjadi pada tahun 1977,
Indonesia memang menikmati laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun yang
tinggi, tetapi tingkat kesenjangan dalam pembagian Pendapatan Nasional (PN)
juga semakin besar dan jumlah orang miskin tetap banyak, bahkan meningkat tajam
sejak krisis ekonomi.
Sejak PELITA III strategi pembangunan mulai di ubah:
tidak lagi terfokus pda pertumbuhan ekonomi, tetapi peningkatan kesejahteraan
masyarakat menjadi tujuan utama dari pembangunan. Sejak itu perhatian mulai
diberikan pada usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya lewat
pengembangan industri-industri padat karya, pembangunan perdesaan, dan
modernisasi sektor pertanian. Hingga menjelang terjadinya krisis ekonomi, sudah
banyak di laksanakan program-program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi
kemiskinan dan ketimpangan pendapatan antara kelompok miskin dan kelompok kaya
di tanah air. Program-program tersebut diantara lain:
a) Inpres Desa
Tertinggal ( IDT ),
b) Pengembangan industri
kecil dan rumah tangga (khususnya daerah tertinggal),
c) Transmigrasi,
d) Pelatihan/pendidikan,
e) Dan masih banyaknya
lagi.
Sayangnya, krisis ekonomi tiba-tiba muncul diawali
oleh krisis nilai tukar rupiah pada pertengahan kedua tahun 1997, dan sebagai
salah satu akibat langsungnya jumlah orang miskin dan gap dalam distribusi
pendapatan di tanah air membesar bahkan menjadi jauh lebih buruk di bandingkan
dengan kondisinya sebelum krisis.
2.2. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat di sebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komporatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evulatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari
sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan di pahami dalam berbagai cara. Pemahaman
utamanya mencakup:
a.
Gambaran
kekurangan materi
Biasanya mencakup kebutuhan pengan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini di
pahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
b.
Gambaran tentang
kebutuhan sosial
Termasuk keterkucilan sosial, keterganungan, dan ketidakmampuan untuk
berpatisipasi dalam masyarakat.hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya di bedakan dari kemiskinan karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral dan tidak di batasi pada bidang ekonomi.
c.
Gambaran tentang
kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai
Makna “memadai” disini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik
dan ekonomi di seluruh dunia.
Kemiskinan bisa di kelompokan dalam dua kategori,
yaitu:
1.
Kemiskinan
Absolut
Mengacu pada satu set standart yang konsisten tidak
terpengaruh oleh waktu dan tempat/ negara. Sebuah contoh dari pengukuran
absolut adalah persentase dari populasi yang makan di bawah jumlah yang cukup
menopang kebutuhan tubuh manusia (kira-kira 2000-2500 kalori per hari untuk
laki-laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai
hidup dengan pendapatan di bawah USD $1/hari dan kemiskinan menengah untuk
pendapatan di bawah $2/hari dengan batasan ini maka di pekirakan pada tahun
2011, satu miliar orang didunia mengkomsumsi kurang dari dari $1/hari dan 2,7
miliar orang di dunia mengkomsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk
negara berkembang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada
1990 menjadi 21% pada 2011. Melihat pada periode 1981-2001, prosentase penduduk
dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1/hari telah berkurang separuh.
Tetapi, nilai dari $1/hari juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di
dunia berkembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di
negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana
kesana kemari dan daerah pinggirankota dan ghetto yang miskin.
2.
Kemiskinan
Relatif
Kemiskinan
banyak di hubungkan dengan Penyebab individual atau patologis, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si
miskin. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan
dengan pendidikan keluarga. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan
kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari di pelajari atau di jalankan dalam
lingkungan sekitar. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang
lain termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
2.3. Hubungan Antara Pertumbuhan Dan Kemiskinan
Pada tahap awal dari proses pembangunan, tingkat
kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir dari
pembangunan, jumlah orang-orang miskin berangsur-angsur berkurang. Banyak
faktor-faktor lain selain pertumbuhan pendapatan yang juga berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan di suatu wilayah/negara, seperti derajat pendidikan tenaga
kerja dan struktur ekonomi.
Dalam persamaan relasi antara pertumbuhan output
agregat dan kemiskinan, elastisitas dari ketidak merataan dalam distribusi pendapatan
terhadap pertumbuhan pendapatan adalah suatu komponen kunci dari perbedaan
antara efek bruto(ketimpangan konstan) dan efek neto (ada efek dari perubahan
ketimpangan) dari pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskianan. Dalam kata
lain,kemiskinan tidaka hanya berkorelasi dengan pertumbuhan output
agregat atau PDB atau PN, tetapi juga denagn pertumbuhan output di
sektor-sektor ekonomi secara individu.
2.4. Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan
dalam distribusi pendapatan yang dapat dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan,
yakni axiomatic dan stochastic dominance . yang sering digunakan
di dalam literatur adalahdari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat
ukur, yakni the Generalized Entropy (GE) , ukuran Atkinson dan koefisien
Gini. Alat ukur ketiga dari pendekatan aksioma selalu di gunakan di dalam
setiap studi-studi empiris mengenai kesenjangan dalam pembagian pendapatan
adalah koefisien atau rasio Gin, yang diuraikan sebagai berikut:
2.5. Distribusi Pendapatan
Studi-studi mengenai distribusi pendapatan di
Indonesia pada umumnya menggunakan data BPS mengenai pengeluaran konsumsi rumah
tangga dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Demikian pula pengertian pendapatan yang artinya
pembayaran yang di dapat karena bekerja atau menjual jasa tidak sama dengan
pengertian kekayaan. Kekayaan seseorang bisa jauh lebih besar dari pada
pendapatannya.
Boleh dikatakan bahwa baru sejak akhir 1970-an
pemerintah Indonesia ulai memperlihatkan kesungguhan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sejak saat itu aspek pemerataan dalam trilogi
pembangunan semakin di tekankan dan ini diidentifikasikan dalam delapan jalur
pemerataan, sudah banyak program-program dari pemerintah pusat hingga saat ini
mencerminkan upaya tersebut seperti:
a)
Program serta
kebijakan yang mendukung pembangunan industri kecil
b)
Rumah tangga dan
koperasi
c)
IDT
d)
Program keluarga
sejahtera
e)
Program keluarga
berencana (kb)
f)
Program makanan
tambahan bagi anak sekolah dasar
g)
Program
transmigrasi
h)
Peningkatan UMR
atau provinsi (UMP)
i)
Jaringan
pengamana sosial yang di sponsori bank dunia
Secara teoritis perubahan pola distribusi pendapatan
di perdesaan di sebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Akibat arus penduduk/L dari perdesaan ke perkotaaan
yang selama Orde Baru berlansung sangat pesat.
2. Struktur pasar dan besarnya distoris yang berbeda di
perdesaan dengan perkotaan.
3. Dampak positif dari proses pembanguan ekonomi nasional
diantaranya:
a. Semakin banyaknya kegiatan-kegiatan ekonomi di
perdesaan di luar sektor pertanian seperti industri manufaktur.
b. Tingkat produktivitas dan pendapatan (dalam nilai
riil) L di sektor pertanian meningkat.
c. Potensi SDA ( sumber daya alam) yang ada di perdesaan
semakin baik karena di manfaatkan oleh penduduk desa (pemakain semakin optimal)
Tingkat kesenjangan distribusi pendapatan diIndonesia
dapat juga di ukur dengan metode Bank Dunia, yakni membagi jumlah populasi ke
dalam tiga kelompok yakni:
a.
40%
berpedapatan rendah
b.
40%
berpendapatan menengah
c.
20 %
berpendapatan tinggi
Kelompok pertama adalah bagian dari populasi terkaya
sedangkan kelompok ke tiga adalah bagian dari populasi termiskin dan kelompok
kedua sering di sebut/ dikatakan sebagai masyarakat kelas menengah.
Di Indonesia kemiskinan merupakan salah satu masalah
besar. Terutama melihat kenyataan bahwa laju penguranag jumlah orang miskin di
tanah air bedasarkan garis kemiskinan yang berlaku jauh lebih lambat
dibandingkan laju perekonomian pertumbuhan
ekonomi dalam kurun waktu sejak PELITA I hingga 1997( sebelum krisi ekonomi).
2.6. Kebijakan Anti Kemiskinan
Intervensi jangka pendek adalah pembangunan sektor
pertanisan, usaha kecil, dan ekonomi perdesaan . akibat ketimpangan ini,
terjadilah migrasi dan urbanisasiyang sebenarnya adalah perpindahan sebagian
dari kemiskinan di perdesaan ke perkotaan.
Intervensi lainnya yang bisa di masukkan dalam
kategori intervensi jangka pendek adalah manajemen lingkungan dan SDA.
Sedangkan interveni jangka menengah dan panjang yang penting adalah sebagai
berikut:
1.
Pembangunan /
penguatan sektor swasta
2.
Kerjasama
regional
3.
Manajemen
pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
4.
Desentralisasi
5.
Pendidikan dan
kesehatan
6.
Penyediaan air
bersih dan pembangunan perkotaan
7.
Pembagian tanah
pertanian yang merata
Kebijakan antikemiskinan di Indonesia terefleksi dari
besarnya pengeluaran dalam APBN untuk membiayai program-program pemberantasan
kemiskinan di tanah air. Kondisi ini semakin diperuncing oleh perebutan dan
gejolak harga tiga sumber daya strategis, yakni pangan, energi, dan air. Demikian salah satu kesimpulan yang disarikan dari
ringkasan eksekutif hasil pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2011 yang
diterima Media Indonesia, Ahad (6/2).
Peringatan ini merupakan hasil laporan yang
teridentifikasi melalui Survei Risiko Global 2011.
Pertumbuhan negara-negara ekonomi unggul baru memang
mulai menyeimbangkan kekuatan perekonomian. Namun demikian, disparitas ekonomi
di antarnegara terus melebar,” demikian laporan itu.
Menurut laporan itu, globalisasi di abad ke-21 telah
membentuk wajah baru perekonomian dunia yang lebih berhubungan dan tergantung
serta tumbuh berkelanjutan.
Namun, disparitas menunjukkan tren semakin melebar
karena globalisasi belum dinikmati secara merata. Kaum minoritas dan marginal
belum dapat menikmati kue keuntungan secara adil.
Survei itu juga mengingatkan bagaimana isu-isu
disparitas ekonomi dan konsentrasi modal, baik pada tingkat domestik dan
internasional, perlu disikapi lebih serius saat ini. Sebab, secara politis, dunia kini mulai diwarnai
tanda-tanda perpecahan horisontal bersamaan dengan bangkitnya rasa
nasionalisme. Ini turut dipicu perbedaan pendapat di antarnegara mengenai
metode kebijakan ekonomi yang inklusif bagi negaranya. Untuk memenuhi tantangan global ini, peningkatan
kualitas tata kelola pemerintahan global jadi faktor krusial untuk
menekan potensi konflik yang tercipta.
BAB III
KESIMPULAN
Jadi
kesimpulan yang telah saya buat di atas disini tingkat kemiskinan indonesia
masih belum bisa di selesaikan, Tahun ini tingkat kemiskinan di indonesia
semakin meningkat, dimana sedikitnya lapangan kerja untuk masyarakat dan
kemampuan/keterampilan. Masyarakat tidak bisa dimilikinya, karena kurangnya
pendidikan di indonesia masih menjadi masalah. Maka dari itu pemerintah harus
memberikan lapangan pekerjaan bagi para pengangguran dan membuat bangunan
sekolahan untuk masyarakat yang tidak mampu.
Langganan:
Postingan (Atom)
Total Tayangan Halaman
No Rek : 015001001482539
A/N : febri ansyah
No Rek : 0145953094
A/N : febriansyah
Find some code with ctr-f
Entri Populer
-
Kemiskinan Dan kesenjangan Pendapatan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di Negara Indonesia se...
-
febriansyah benny: pemanjat tower terbaik 2003 :D